BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Keruntuhan dahsyat yang di derita oleh dunia islam, baik di Timur
maupun di Barat tidaklah mengurangi semangat juang kaum muslim untuk bangkit
kembali. Semua peristiwa jatuhnya dunia islam tersebut dikarenakan serbuan salibiyah.
Dan kemudian pengusiran total kaum dari seluruh wilayah Eropa Barat ialah
Spanyol.
Dinasti Turki
Usmani merupakan salah satu dari sekian banyak kerajaan Islam yang pernah
berjaya. Pusat pemerintahan Dinasti Turki Usmani berpusat di Istanbul. Setelah
Daulah Bani Abbasiyyah runtuh, terdapat tiga kerajaan Islam besar yang pada
saat itu Kerjaan Syafawi, Mugal, dan Turki Usmani. Bahkan, Turki Usmani
merupakan kerajaan paling adidaya setelah penaklukan Kostantinopel.
Turki Usmani
merupakan kerjaan Islam yang menguasai tiga benua, meliputi sebagian wilayah
Eropa, Afrika, dan Asia. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan sekitar tahun
1520-1566 M dibawah kekuasaan Sultan Sulaiman I atau Sultan Sulaiman Al Qanuni.
Kerajaan ini akhirnya menjadi Republik Turki pada awal abad ke-20.
Munculnya
Dinasti Ustmani di Turki terjadi pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi
kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abbasiyyah. Dinasti Ustmani
berkuasa secara meluas di Asia Kecil sejak kemuncula pendirinya, yaitu Usmani I
(1299-1326 M) pada tahun 1306. Ia dan keturunannya sampai tahun 1922 Masehi.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana sejarah berdirinya Dinasti Utsmani di Turki?
2.
Bagaimana proses penaklukan kota Konstantinopel?
3.
Apa saja strategi dakwah pada masa Dinasti Utsmani?
4.
Bagaimana perkembangan dakwah di wilayah Turki dan sekitarnya?
5.
Apa penyebab kemunduran Turki Utsmani?
C.
TUJUAN
1. Mengetahui sejarah
berdirinya, perkembangan, dan kemunduran Dinasti Usmani;
2. Menambah wawasan
tentang dakwah pada masa Dinasti Usmani di Turki.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SEJARAH
BERDIRINYA DINASTI UTSMANI
Pendiri kesultanan ini adalah bangsa
turki dari kabilah Oghus yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri
Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudain
Persia dan Irak. Mereka masuk islam sekitar abad IX atau X Masehi, ketika
mereka menetap di Asia Tengah.
Di bawah tekanan
serangan-serangan Mongol pada abad XIII Masehi, mereka melarikan diri ke daerah
barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara mereka,
orang-orang Turki Saljuk, didataran tinggi Asia Kecil. Disana di bawah pimpinan
Ertughrul mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin II, sultan saljuk yang
kebetulan sedang berperang melawan Romawi Timur. Berkat bantuan mereka Sultan
Alauddin II mendapat kemenangan. Atas jasa baik itu, Sultan Alauddin II
menghadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium,
sejak saat itu mereka terus mengembangkan wilayah barunya dan memilih kota
Syuhud sebagai ibu kota.
Pada tahun 1300
Masehi bangsa Mongol menyerang Kesultanan Saljuk dan Sultan Alauddin II
terbunuh. Kesultanan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah menjadi beberapa
kerajaan kecil. Utsmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas
daerah yang didududkinya, sejak itulah Kesultanan Utsmani dinnyatakan berdiri.
Penguasa pertama
adalah Utsman yang disebut juga dengan Utsman I. setelah ia mengumumkan dirinya
sebagai Padisyah Al-Utsman (raja besar keluarga utsman) pada tahun 699 H (1300
M), setapak demi setapak wilayah kesultanan dapat di perluas. Ia menyerang
daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa pada tahun 1317 M.
setelah itu pada tahun 1326 M kota tersebut dijadikan sebagai ibu kota
Kesultanan Turki Utsmani.
Pada masa
pemerintahan Orkhan (1326-1359 M) turki utsmani dapat menaklukan Azumia (1327
M), tasasyani (1330 M), uskandar (1328
M), Ankara (1354 M), dan gallipoli (1356 M). wilayah-wilayah ini adalah bagaian
bumi eropa yang pertama kali diduduki kesultanan utsmani. Ketika sultan Murad I
berkuasa (1359-1389M) selain memantapkan keamanan dalam negeri, ia melakukan
perluasan wilayah ke benua Eropa.
Ia dapat menaklukan Adrianopel, Macedonia, Sopha, Salomia, dan seluruh wilayah
bagian utara Yunani.
Turki Utsmani mencapai kegemilangannya
pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II yang di kenal dengan Sultan Muhammad
Al-fatih (1451-1481M). nama al-fatih merupakan gelarnya yang berarti Sang
Penakluk. Pada tahun 1453 M, Romawi Timur dikalahkan dan
Konstantinopel
di taklukan. Sejak zaman Bani Umaiyah, kota tersebut sudah di upayakan untuk
ditaklukan tapi selalu gagal.
Dengan
terbukanya kota Konstantinopel, memudahkan Turki Utsmani untuk mengekspansi
benua eropa. Untuk wilayah Eropa bagian timur Turki Utsmani melakukan ekspansi
sampai ke gerbang kota Wina, Austria. Akan tetapi ketika Sultan Salim I
(1512-1519 M) naik tahta, ia mengalihkan perhatian kearah timur dengan
menaklukan Persia, Siria, dan Mesir. Usahanya ini di kembangkan oleh sultan
Sulaiman Al-Qanuni (1519-1566 M). ia berhasil menaklukan Irak, Belgrado, Pulau
Rhodes, Thunisia, Budhapest, dan Yaman. Dengan demikian, luas wilayan Turki
Utsmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia, Afrika, dan Eropa.
Wilayah Asia meliputi Asia Kecil, Irak, Syiria, Hizaz, dan Yaman; wilayah
Afrika meliputi Mesir, Libya, Thunisia, dan Aljazair; serta wilayah Eropa
meliputi Bulgaria, Yunani, Serbia, Montenegro (dahulu Yugoslavia), Armenia,
Arbenia, Hungaria, dan Rumania.
Setelah Sultan
Sulaiman Al-Qanuni meniggal dunia, terjadi perebutan kekuasaan antara
putra-putranya yang menyebabkan Turki Utsmani mengalami kemunduran. Meskipun
mengalami kemunduran kesultanan ini
masih dipandang sebagai negara yang kuat, terutama dalam bidang militer.
Kesultanan Turki Utsmani yang memerintah hamoir tujuh abad lamanya (1299-1924
M), di perintah oleh 38 sultan. Sultan pertama adalah sultan Utsman I
(1299-1326 M) dan Sultan Abdul Majid II (1922-1924 M) kejayaan Turki Utsmani
dialami pada abad XVI wilyah kekuasaan nya membentang dari Teluk Persia smapai
ke kota Wina dan dari Laut Kaspia sampai ke Aljazair. Setelah kekuasaan Turki
Utsmani berakhir, Turki berubah menjadi Republik dengan Mustafa Kamal Attaturk
sebagai presiden pertamanya.
B.
PENAKLUKAN
KONSTANTINOPEL
Konstantinopel adalah ibukota Romawi
Timur dan merupakan pusat agama Katholik. Ibukota itu akhirnya dapat
ditaklukkan oleh pasukan Turki Utsmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad
II. Sultan Muhammad II mempersiapkan penaklukan Konstantinopel dengan serius.
Ia mempelajari hal-hal yang menyebabkan kegagalan dalam penaklukan-penaklukan
sebelumnya. Ia tidak mau lagi kalah sebagaimana para pendahulunya. Iapun
membangun benteng di sekeliling Konstantinopel dan berkilah bahwa benteng itu
dibangun untuk mengawasi rakyatnya yang lalu lalang ke Eropa melalui Bosporus.
Konstantinopel
akhirnya dapat dikepung dari segala penjuru oleh pasukan yang berjumlah
kira-kira 250.000 orang dibawah pimpinan Sultan sendiri. Raja Konstantinus IX
meminta bantuan kepada Paus di Roma dan raja-raja di Eropa, tetapi tidak
membuahkan hasil. Raja-raja Eropa juga tidak mau membantunya karena mereka
masih dalam perselisihan yang terselesaikan. Hanya pasukan Vinesia yang mau
membantu karena mempunyai kepentingan dagang di wilayah Utsmani. Mereka
merintangi kapal-kapal Utsmani dengan merentangkan rantai di selat Bosporus.
Sultan tidak kehilangan akal, dinaikannya kapal-kapal itu ke daratan dengan
menggunakaan balok-balok kayu sebagai landasan dan memindahkannya ke sisi barat
kota. Terperanjatlah pasukan pasukan Romawi Timur dengan strategi Sultan yang
telah mengepung kota selama 53 hari. Selama itu, meriam-meriam Turki
ditembakkan kea rah kota untuk mennghancurkan benteng dan Konstantinopel
berhasil ditaklukkan pada tanggal 28 Mei 1453 M.
Dalam
pertempuran itu, raja Konstantinus IX mati terbunuh. Sultan Muhammad II
memasuki kota, kemudian mengganti nama Konstantinopel menjadi Istanbul dan
menjadikannya sebagai ibukota. Sultan mengubah Gereja Aya Sophia menjadi masjid
Aya Sophia. Ia juga membangun masjid dengan nama masjid Muhammad sebagai
peringatan atas keberhasilannya dalam menaklukan kota itu.
Peristiwa
jatuhnya Konstantinopel memberikan pengaruh yang sangat besar ke Turki Utsmani.
Konstantinopel adalah kota pusat kerajaan Romawi Timur yang menyimpan banyak
ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Katholik. Semuanya itu diwariskan
kepada Turki Utsmani. Dari segi lokasi, kota itu sangat strategis karena
menghubungkan dua benua, Eropa dan Asia. Penaklukan kota itu memudahkan
mobilisasi pasukan dari Anatolia ke Eropa. Sejak tahun 1458 sampai tahun 1560
M, Sultan berjuang menaklukan negeri Serbia dan akhirnya berhasil. Pada tahun
1456 M Sultan menaklukan Atena ; dan pada
tahun 1460 M ia juga menaklukan Mora. Demikian pula akhirnya satu demi satu
wilayah disekitar Turki dapat ditaklukan dan dakwah menyebar dengan sangat
pesat.
C.
STRATEGI
DAKWAH PADA MASA DINASTI UTSMANI
Sejak
masa Utsman bin Ertughrul (1299-1326 M),
timbulah kemajuan dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang dakwah. Kemajuan
lainnya antara lain dalam bidang militer dan pemerintahaan, ilmu pengetahuan,
budaya, serta agama.
1. Dakwah dibidang militer dan pemerintahan
Kekuatan militer
dinasti ini mulai diorganisasi dengan baik ketika terjadi kontak senjata dengan
eropa. Selanjutnya pembaruan dalam tubuh organisasi militer dilakukan oleh
Orkhan (1326-1359 M), Sultan Turki kedua, pengganti sultan Utsman I (1299-1326
M). bangsa-bangsa non-turki dimasukan sebagai anggota. Mereka diasramakan dan dibimbing
berdasarkan islam untuk dijadikan prajurit.
2. Dakwah dibidang Ilmu Pengetahuan
Dinasti Turki Utsmani
lebih banyak fokus dalam bidang kemiliteran sehingga dalam bidang ilmu
pengetahuan tidak begitu menonjol, oleh karena itu dalam khazanah intelektual
islam kita tidak menemukan ilmuwan dari Turki Utsmani. Dakwah melalui ilmu
pengetahuan adalah dengan mendirikan sekolah-sekolah di beberapa kota.
3. Dakwah dibidang Kebudayaan
Pada abad XVII Masehi
muncul penyair terkenal yaitu Nafi’ (1582-1636 M). ia bekerja untuk Murad Pasya
dengan menghasilkan karya-karya sastra dalam bentuk puisi (qasidah) yang
mendapat tempat di hati para sultan. Diantara penyair yang membawa pengaruh
Persia ke dalam istana Utsmani adalah Yusuf Nabi (1642-1712M). ia adalah juru
tulis Musahif Mustafa, salah seorang menteri berkebangsaan Persia. Yusuf Nabi
menunjukan pengetahuannya yang luar biasa dalam puisinya serta menyentuh hampir
semua persoalan, seperti agama,
filsafat, dan romantisme. Selain itu ia juga menulis prosa, biografi, dan
kisah perjalanan. Penulis prosa lainnya yaitu Katip Celebi dan Evliya Celebi.
Sementara itu, penulis terbesar adalah Mustafa bin Abdullah yang dikenal dengan
Katip Celebi atau Haji Halife (1609-1657 M). ia menulis buku bergambar yang
berjudul Kasyf Az-Zunun Asma’i Al-kutub wa Al-Funun. Karya terbesarnya itu
adalah biografi para penulis penting yang memuat daftar lebih dari seribu lima
ratus buku berbahsa Turki, Persia, dan Arab. Salah seorang penyair yang paling
terkenal adalah Muhammad Esat Efendi yang di kenal dengan Galip Dede atau Syah
Galip (1757-1799 M).
4. Dakwah dibidang Keagamaan
Kehidupan keagamaan dan
masyarakat Turki Utsmani mengalami kemajuan, termasuk kehidupan tarekat.
Tarekat yang berkembang adalah tarekat Bektasyi dan tarekat Maulawi. Kedua
tarekat ini banyak di anut oleh kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi
mempunyai pengaruh yang amat dominan di kalangan Jenisseri, sehingga mereka
sering disebut tentara Bektasyi. Sementara itu, tarekat Maulawi mendapat
dukungan dari penguasa dalam mengimbangi Jenisseri Bektasyi. Kajian mengenai
ilmu-ilmu agama, seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir dan hadist; boleh dikatakan
tidak mengalami perkembangan yang berarti. Para penguasa cenderung menegakkan
satu mazhab saja. Misalnya, Sultan Abdul Hamid yang fanatic terhadap aliran
Asy’ariyah. Ia merasa perlu mempertahankan aliran tersebut dari
kritikan-kritikan aliran lain. Sultan memerintahkan Syekh Husein Al-Jisr
Ath-Tharablusi untuk menulis kitab Al-Hushun Al-Hamidiyyah (benteng pertahanan
abdul hamid) yang mengupas ilmu kalam. Kitab itu juga merupakan upaya dalam
melestarikan aliran yang dianutnya. Akibat kelesuan dibidang ilmu agama dan
fanatic yang berlebihan, ijtihad tidak berkembang. Ulama hanya menulis buku
dalam bentuk syarh (penjelasan) dan hasyiyah (catatan) terhadp karya-karya
klasik. Meskpun demikian, Turki Utsmani banyak berjasa dalam dakwah dan
perluasan wilayah islam ke Benua Eropa.
D.
PERKEMBANGAN
DAKWAH DI WILAYAH TURKI DAN SEKITARNYA
Orang-orang
Turki berpendirian bahwa kebajikan yang paling utama yang dapat diberikan
kepada orang lain adalah berdakwah. Kegiatan dakwah ini didorong oleh kondisi
masyarakat Katolik itu sendiri. Para mualaf tidak hanya dari kalangan awam,
tetapi juga dari kalangan atas dan cendikiawan. Para muslim Turki menyediakan
sarana yang lebih baik dari para uskup yang masuk islam agar mereka dapat memikat
jamaatnya untuk menjadi mualaf. Sementara itu, di istana Khalifah di Adrianopel
(ibu kota turki sebelum 1453 masehi) selalu ramai dengan orang-orang yang baru
masuk islam dan kabarnya mayoritas golongan hartawan. Sementara itu sesudah
jatuhnya Konstantinopel, golongan kelas atas masyarakat Katolik mulai tertarik
dengan islam. Misalnya keluarga Kaisar Palaeologus dan cendikiawan George
Amiroutzes dari Trebizond.
Agama
islam masa itu menjadi tempat pelarian bagi jemaat yang masih merindukan
doktrin yang murni dan sederhana seperti yang mereka imani semula. Gerakan ini
merupakan protes atas penyembahan patung dan orang-orang suci, disamping
perjuangan menegakan dogma yang benar. Jadi dapat dipastikan bahwa orang-orang
katolik yang tidak puas terhadap doktrin gereja dengan sendirinya akan
berpaling ke islam.
Thomas
W. Arnold dalam The Preaching Of Islam, menggambarkan proses mendakwahi
penduduk Albania, Serbia, Bosnia, dan Kreta.
1.
Bangsa
Albania mendiami daerah pegunungan yang membentang sepanjang pantai timur
Adriatik dari Montenegro sampai ke Teluk Arta. Mereka adalah salah satu ras
eropa yang tertua dan tergolong cabang dari bangsa Arya. Negeri ini pertama
kali ditaklukan Turki Utsmani pada tahun 1387 M, tetapi mereka menarik diri dan
baru berkuasa pada tahun 1432 M. pada tahun 1444 M Albania memerdekakan diri
dibawah kepemimpinan George Casriota. Akan tetapi, Turki dapat menguasinya
kembali pada tahun 1467 M. sepanjang abad XVII Masehi, jumlah penganut katolik
sangat merosot. Antara tahun 1620-1650 M, sekitar tiga ratus ribu orang Albania
masuk islam. Pada tahun 1624 M, jumlah penganut hanya dua ribu orang dan di
kota hanya ada sebuah gereja.
2.
Dakwah
ke Serbia dimulai sesudah pertempuran kasovo (1389 M). kaum bangsawan memilih
untuk tetap tinggal dan tidak amu mencari perlindungan ke negara Katolik
lainnya. Mereka akhirnya memeluk islam agar dapat tetap mempertahankan agama
lama mereka. Selanjutnya perkembangan agama islam berjalan lamban sampai abad
XVII Masehi karena Austria memengaruhi orang-orang Serbia untuk memberontak.
3.
Kebanyakan
penduduk Bosnia adalah pemeluk Bogomile, salah satu sekte Katolik yang dianggap
sesat oleh Paus. Pada abad XV Masehi, kaum Bogomile mengalami penderitaan
sehingga mereka meminta bantuan kepada bangsa Turki. Pada tahun1463 Masehi,
Sultan Muhammad II menyerang Bosnia dan berhasil meraih kemenangan. Dalam waktu
seminggu, Sultan dapat menguasi tujuh kota dan menambahkan Bosnia kedalam
wilayah taklukan.
E.
MASA-MASA KEMUNDURAN TURKI USTMANI
Setelah
Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566 M), dinasti Turki Ustmani mulai memasuki
fase kemunduran. Akan tetapi sebagai sebuah dinasti yang sangat besar dan kuat
kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh
Sultan Salim II (1566-1574 M). pada masa pemerintahannya, terjadi pertempuran
antara armada laut Utsmani dan armada laut gabungan (angkatan laut Spanyol,
Bundukia, Sri Paus, serta sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don
Juan dari Spanyol).
Pertempuran
ini terjadi di Selat Liponto (Yunani) dalam pertempuran ini turki utsmani
mengalami kekalahan dan Tunisia dapat di rebut oleh musuh. Baru pada masa
Sultan Murad III (1575 M) Tunisia dapat direbut kembali. Pada masanya
(1574-1594 M) Utsmani pernah menyerbu Kaukasus dan menguasai Tiflis di Laut
Hitam (1577 M) , merampas kembali Tibris (ibu kota kerajaan Safawi), menundukan
Georgia, dan mengalahkan Bosnia (1593M). namun, karena kehidupan moral Sultan
yang tidak baik menyebabkan timbulnya kekacauan di dalam negeri.
Pada
masa Sultan Ibrahim (1639-1648 M), terjadi perang di laut dengan orang-orang
Vinesia dan orang-orang Turki di Sirpus dan Kreta di usir pada tahun 1645 M.
selanjutnya pada tahun 1699 M terjadi perjanjian Karlowith yang memaksa Suktan
untuk menyerahkan seluruh Hungaria; sebagiam besar Slovenia dan Kroasia
Habsburg; serta Hemenietz, Podolia, Ukraina, Morea, dan sebagian Dalmatia
kepada Vinesia.
Pada
tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan Utsmani dalam sebuah perang yang
terjadi di sepanjang pantai Asia Kecil, akan tetapi tentara Rusia ini dapat
dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III (1757-1773 M) yang segera
mengonsolidsi kekuatannya. Pengaganti Sultan Mustafa III adalah Sultan Abdul
Hamid (1773-1788 M), seorang Sultan yang lemah. Pada masanya terjadi perjanjian
dengan Catherine II dari Rusia yang diberi nama perjanjian Kinarja di Kutcuk.
Isi perjanjian Kinarja adalah
sebagai berikut :
1.
Utsmani
harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam kepada Rusia dan
memberi izin kepada armada Rusia untuk melintasi selat yang menghubungkan Laut
Hitam dengan Laut Putih.
2.
Utsmani
mengakui kemerdekaan Kirman (Crimea).
Demikianlah
proses kemunduran yang terjadi di Dinasti Utsmani. Satu per satu negeri-negeri
di Eropa yang pernah dikusai memerdekakan diri dan beberapa wilayah di Timur
Tengah memberontak. Gerakan-gerakan separatism terus berlanjut hingga abad XIX
dan XX Masehi. Ditambah dengan munculnya gerakan modernisasi politik di pusat
pemerintahan. Dinasti Utsmani akhirnya berakhir dengan berdirinya Repblik Turki
pada tahun 1942 Masehi dan mengangkat Mustafa Kamal Attaturk sebagai presiden
pertama. Dalam percaturan politik dunia selanjutnya, Turki tidak punya pengaruh
dominan lagi sehingga disebut The Sick Man Of Europe (si sakit dari Eropa).
Faktor-faktor
yang menyebabkan Turki Utsmani mengalami kemunduran adalah sebagai berikut:
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas
Administrasi
pemerintahan Turki Utsmani tidak beres padahal wilayah kekuasaan ini sangat
luas, di pihak lain para penguasa terus berambisi memperluas wilayah, sehingga
sering terjadi peperangan.
2. Kelemahan para penguasa
Sepeninggal Sultan
Sulaiman Al-Qanuni, Utsmani diperintah oleh Sultan-sultan yang lemah, baik
dalam kepribadian maupun kepemimpinan. Akibatnya pemerintahan menjai kacau,
kekacauan itu tidak pernah dapat diatasi secara sempurna, bhakan semakin lama
semakin parah.
3. Penduduk yang heterogen
Turki Utsmani menguasi wilayah yang
sangat luas dan penduduknya beragam, baik dari segi agama, ras, maupun adat
istaiadat. Untuk mengaturnya diperlukan satu lembaga khusus.
4. Budaya korupsi
Korupsi merupakn hal
umum yang biasa terjadi di dalam pemerintahan Utsmani setiap jabatan yang
hendak diraih oleh seseorang harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang
berhak memberi jabatan tersebut. Budaya korupsi ini mengakibatkan dekadensi
moral kian merajalela yang membuat pemerintah semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenisseri
Kemajuan ekspansi Turki
Utsmani dipengaruhi oleh tentara Jenisseri dengan demikian dapat dibayangkan
bagaimana kalau tentara ini memberontak, pemberontakan tentara Jenisseri
terjadi sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525, 1632.1727. dan 1826 Masehi.
6. Merosotnya perekonomian
Akibat
perang yang terus-menerus perekonomian menjadi merosot. Pendapatan berkurang,
sementara belanja negara untuk biaya perang sangat besar.
7. Terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu
pengetahuan
Turki Utsmani kurang
berhasil dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, karena hanya mengutamakan
pengembangan militer. Kemajuan militer yang tidak di imbangi oleh kemajuan ilmu
pengetahuan, sehingga tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh yang lebih
maju.
Karena
faktor-faktor tersebut Turki Utsmani menjadi lemah dan mengalami kemunduran di
berbagai bidang. Pada masa selanjutnya kelemahan-kelemahan ini menyebabkan
bangsa-bangsa Eropa tidak segan menjajah wilayah-wilayah muslim yang dahulunya
berada dibawah kekuasaan Turki Utsmani.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Utsman
adalah pendiri dinasti Utsmani yang berdiri pada tahun 699 H (1300 M) dan
berakhir pada tahun 1924 Masehi dan ditandai dengan berdirinya Republik Turki.
Setelah Turki Utsmani berakhir Turki berubah menjadi Republik dengan Mustafa
Kamal Attaturk sebagai presiden pertamanya. Nama kerajaan Utsmani diambil dari
nama sultan pertama yaitu bernama Utsman, bangsa Turki Utsmani berasal dari
suku Qoyigh salah satu kabilah yang amat terkenal, pada abad ke-13 mereka
mendapat serangan dari bangsa Mongol.
Akhirnya
mereka mencari perlindungan dari saudaranya, yaitu Turki Seljuk. Mereka mengabdikan diri kepada Sultan Alauddin yang
sedang melawan Bizantium, karena bantuan mereka Sultan Alauddin dapat
mengalahkan Bizantium. Kemudian Sultan Alauddin memberikan hadiah sepetak tanah
di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium, setelah Sultan Alauddin wafat
pada tahun 1300 Masehi orang-orang turki segera memproklamirkan kerajaan Turki
Utsmani dengan Utsman I sebagai Sultannya.
Perluasan
wilyah kerajaan Utsmani terjadi dengan cepat sehingga membawa kejayaan,
disamping itu raja-raja yang berkuasa sangat mempunyai potensi kuat dan baik.
Salah satu sumbangan terbesar Turki Utsmani dalam penyebaran islam adalah
penaklukan kota Konstantinopel ibu kota Romawi Timur. Dalam perkembangan
selanjutnya Turki Utsmani mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Kemajuan-kemajuan tersebut meliputi bidang kemiliteran, pemerintahan,
kebudayaan, dan agama. Selanjutnya Turki Utsmani mengalami masa keemasan pada masa
Sultan Sulaiman Al-Qanuni pada tahun 1520-1566 M.
Tanda-tanda
kemunduran dinasti Turki Utsmani terjadi setelah masa pemerintahan Sultan
Sulaiman Al-Qanuni berakhir, yaitu terjadi pertikaian diantara anak Sultan
Sulaiman untuk memperebutkan kekuasaan. Turki Utsmani mengalami kekacauan,
dikarenakan Utsmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam
kepribadian maupun kepemimpinan. Kekacauan tidak dapat diatasi secara sempurna
bahkan semakin lama semakin parah.
Komentar
Posting Komentar