Dasar-dasar Perilaku Sosial

BAB I
 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pada era milenial, perkembangan masyarakat semakin tidak dapat dikontrol, dikarenakan adanya perubahan tingkah laku atau prilaku manusia, yang dimana seiring cepatnya dan canggihnya teknologi membuat tingkah laku atau prilaku manusia dapat berubah, seperti yang kita ketahui dari tatanan ekonomi, kondisi atau suasana, lingkungan, gaya hidup, dan masih banyak lagi.
Suatu tindakan atau prilaku dapat kita ketahui, yaitu dengan cara mempelajari serta mengamati dalam kehidupan kita sehari-hari. Oleh karena itu di makalah ini akan membahas tentang keteraturan mengenai dasar-dasar yang mempengaruhi prilaku manusia dalam aspek sosial di Masyarakat. Karena sebuah prilaku itu mencerminkan tentang sifat, etika, sopan-santun seseorang dalam melakukan suatu aktivitas dalam kehidupan masyarakat. Seperti yang kita ketahui pula setiap individu dengan individu yang lain itu mempunyai tingkah laku atau prilaku yang berbeda-beda sehingga dapat menimbulkan suatu masalah yang dapat terjadi. Sehingga dalam makalah ini akan menerangkan tentang hal-hal yang terkait dalam penimbulan suatu tingkah laku kehidupan manusia. Ada tiga masalah yang akan kami bahas di makalah ini antara lain adalah, yang pertama, pemikiran tentang prilaku manusia dengan pendapat kaum stoic dan epicurean, kedua, menjelaskan tentang hakikat manusia, dan ketiga, menjelaskan tentang motivasi. Dari ketiga sub bab tersebut akan menimbulkan suatu pemikiran tentang prilaku manusia dalam kehidupan sosial.

Rumusan Masalah
Apa pendapat kaum stoic dan kaum epiqurean?
Apa hakikat manusia?
Apa pengertian motivasi?
Tujuan
Mengetahui pendapat kaum stoic dan kaum epiqurean.
Mengetahui hakikat manusia.
Mengetahui pengertian motivasi.

BAB II
PEMBAHASAN

Pendapat Kaum Stoic dan Epicurean
Pendapat Kaum Stoic
Pada mulanya aliran kaum stoic itu adalah sebuah aliran yang mempelajari tentang filsafat, kaum ini berasal dari Attena sekitar abad ke 300 SM. Istilah stoic diambil dari bahasa Yunani yang artinya adalah “Serambi”. Pada dasarnya konsep stoic mengarah pada kemanusiaan atau humanisme yang artinya suatu pandangan pola hidup yang menepatkan manusia atau individu sebagai titik dari fokus utamanya. Slogan dari humanisme adalah bagi umat manusia, manusia itu adalah fitrah atau suci. Pada kaum ini atau stoic mempercayai bahwa pada dasarnya hakikat setiap manusia adalah suatu bagian dari satu akal atau logos yang sama. Dari sini dapat di ambil intinya bahwa kaum stoic ini mendorong kepada pemikiran yang menyatakan bahwa ada suatu hal kebenaran yang universal atau menyeluruh dengan disebutkan atau dinamai dengan hukum alam.
Pada dasarnya kaum stoic ini tidak mempercayai atau menyangkal tentang adanya pertentangan antara roh dan materi. Kaum stoic kembali menegaskan bahwasanya hanya ada satu alam saja, dan merekapun selalu menekankan bahwa seluruh proses alam itu mengikuti hukum alam yang tidak bisa berubah selamanya.
Pada akhirnya menurut pendapat kaum stoic ini yang terbentuk dari sebuah pemikiran tentang manusia, adalah suatu bagian dari dunia dengan keteraturan yang alamiah dan rasional, sehingga mempunyai rasa tanggung jawab terhadap satu dengan yang lainnya. Untuk melakukan suatu hal secara bersama-sama serta mengejar kebahagiaan. Dari kaum stoic ini memiliki pendapat lain bahwa manusia bersifat kooperatif, etis, alturis (suka menolong), dan penuh cinta serta kasih sayang (Nanon Hanriana dkk, 2001)..
Pendapat Kaum Epicurean
Nama Epicurean atau Epicureanisme bersumber dari kata hedonisme. Hedonisme disini adalah suatu paradigma yang mengaggap bahwa hal yang meliputi tentang kesenangan dan kenikmatan materi itu adalah merupakan suatu tujuan utama dalam kehidupan. Hedonisme dapat pula di definisikan sebagai suatu doktrin dalam kata lain adalah filsafat etika, yang menerangkan bahwa pola tingkah laku manusia itu digerakan oleh suatu keinginan ataupun hasrat yang ada terhadap kesenangan serta menghindar dari segala macam penderitaan.
Epicurean mengartikan sebuah penekanan bahwa suatu kenikmatan itu tidak pantas, berarti kenikmatan secara inderawi dan sebuah hasrat-hasrat secara jasmaniah. Bagi kaum Epicurean suatu kenikmatan yang tertinggi di sebuat dengan tranquility atau kesejaheraan dengan bebas dari rasa takut, yang hanya dapat di peroleh dari suatu ilmu pengetahuan, persahabatan dan gaya hidup yang sederhana. Serta untuk menikmati kehidupan menurut bangsa Yunani kuno itu di perlukan:
Pengendalian diri;
Kesederhanaan;
Ketulusan.
Kaum Epicurean mengatakan bahwa nafsu harus di kekang dan suatu ketentraman hati akan dapat membantu kita untuk menahan suatu penderitaan. Filusuf Yunani yang dinilai mempunyai peranan secara signifikan dalam membangun sebuah epistimologi hidonisme yang telah diartikan di atas adalah Epicurus of Samos. Pada tahun 341-370 SM. Epicurus mendirikan sebuah aliran Filsafat di Attena yang dikenal dengan sebutan Epicureanisme serta dia juga mengembangkan etika kenikmatan Aristippus dan menggabungkannya dengan teori atom demokritus.
Pada perkembangan selanjutnya, semakin banyak Epicurean yang mengembangkan pemanjaan terhadap manusia atau diri dalam manusia yang secra berlebihan. Tujuan dari  kaum Epicurean hidup untuk saat ini?, makna kata Epicurean bergeser dari pengertian negatif, yaitu tentang menggambarkan seseorang yang dalam hidupnya berbuat hanya demi kesenangan saja. Sementara bagi para penganut paham ini, suatu kesenangan itu merupakan satu-satunya manfaat atau kebaikan tanpa mempertimbangkan dampaknya nanti pada orang lain.
Dari banyak pengertian tersebut yang telah dijelaskan, pada akhirnya terbentuklah suatu pandangan bahwa manusia pada dasarnya itu adalah hidonistik, yaitu tertarik dengan apa yang ingin dia lakukan sendiri atau seenaknya sendiri. Terbentuknya suatu masyarakat bukanlah suatu hal yang alami, akan tetapi terbentuk oleh ketertarikan antara individu untuk bergabung demi keamanan dalam dirinya sendiri dan demi mencukupi kebutuhan ekonomiyang lebih baik. Manusia menurut kaum Epicurean, manusia di pandang sebagai makhluk yang kompetitif, hedonistik, dan pencari dari sebuah kesenangan (Nanon Hanriana dkk, 2001).

Hakekat Manusia
Manusia adalah makhluk yang dalam proses perkembangan tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya, dipengaruhi oleh lingkungan, dan mempengaruhi lingkungannya, terutama lingkungan sosialnya, bahkan ia tidak dapat berkembang sesuai dengan martabat kemanusiaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial (Nanon Hanriana dkk, 2001).
Adapun hakikat manusia adalah sebagai berikut:
Manusia makhluk individuil
Bahwasanya manusia merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat dibagi-bagikan. Asal kata individu berarti “tidak dapat dibagi-bagikan” (W.A. Gerungan, 1978). Manusia sebagai makhluk individual adalah manusia mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, adanya dorongan untuk mengabdi kepada diri sendiri (Bimo Walgito, 2003). Manusia merupakan makhluk individuil tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwaraga, melainkan juga dalam arti bahwa tiap-tiap orang merupakan pribadi yang khas, menurut corak keperibadiannya termasuk kecakapan-kecakapan sendiri. Hal ini nyata dalam rumusan Allport mengenai keperibadian manusia ialah: Keperibadian adalah organisasi dinamis daripada sistem-sistem psyco-physik dalam individu yang turut menentukan cara-cara yang unik (khas) dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan (W.A. Gerungan, 1978).
Manusia makluk sosial
Manusia adalah makhluk sosial bahwasanya manusia sejak dilahirkan membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Pada dasarnya pribadi manusia tidak dapat hidup seorang diri di dalam lingkungannya baik secara psychisatau rohaniahnya walaupun dari segi biologis-fisiologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan vegetatif (W.A. Gerungan, 1978).
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang memiliki hubungan antar manusia dengan sekitarnya, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada masyarakat. Selain itu manusia sebagai makhluk soaial adalah manusia sebagai makhluk yang dapat di didik (Bimo Walgito, 2003).
Manusia makhluk berketuhanan
Manusia sebagai makhluk berketuhanan atau makhluk religi adalah adanya hubungan manusia dengan Sang Pencipta, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi kepada Sang Pencipta, kekuatan yang ada di luar dirinya (Bimo Walgito, 2003).
Manusia sebagai makhluk berkembang
Manusia sebagai makhluk berkembang yakni manusia yang dapat mengalami perubahan-perubahan sebagai akibat dari perkembangan, baik perubahan pada segi kejasmaniannya maupun perubahan pada segi psikologisnya. Sesuatu yang dahulu belum ada menjadi ada, yang dahulu belum sepurna kemudian menjadi sempurna, demikian selanjutnya akibat perkembangan pada diri manusia (Bimo Walgito, 2003).
Manusia sebagai makhluk individual dan sosial
Manusia sebgai makhluk individual dan sosial adalah manusia yang mempunyai dorongan untuk mengabdi kepada dirinya sendiri (Ichaftikgeit) dan dorongan untuk mengabdi kepada masyarakat (Sachlichkeit) secara bersama-sama (Bimo Walgito, 2003)
Jadi pokok hakikat manusia adalah untuk memperoleh pengetahuan, yaitu yang pertama ontologi dimana ilmu membatasi diri pada lingkup penelaahan keilmuan hanya pada daerah-daerah  yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia. Yang ke dua yaitu epistimologi yang membahas mengenai segenap proses yang terlihat dalam usaha manusia dalam memperoleh pengetahuan menggunakan metode keilmuan atau metode ilmiah. Dan yang terakhir yaitu aksiologi yakni ilmu yang mengaitkan diri dengan asas moral atau nilai-nilai, terutama dalam penggunaan ilmu pengetahuan (Heri Santoso dan Listiyono Santoso, 2003).

Pengertian Motivasi
Motivasi datang dari dalam diri manusai, karenanya pemimpin organisasi perlu menciptakan kondisi dimana pekerja dapat memotivasi diri mereka sendiri. Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi, yang di kondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu (Harry Slamet dan Ernawati Lestari, 2007).
Adapun pengertian motivasi menurut para ahli yaitu:
Menurut Robbin, (Wahjono, 2010) motivasi adalah kemampuan untuk mengerjakan sesuatu. Motivasi merupakan proses internal yang kompleks yang tidak bisa diamati secara langsung, melainkan bisa di pahami melalui kerasnya seseorang dalam mengerjakan sesuatu.
Menurut Syamsuddin (1996) mengatakan bahwa pada esensinya motivasi adalah: (1) sesuatu kekuatan atau (2) suatu keadaan yang kompleks dan kesediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari atau tidak disadari.
Menurut Mujib (2002) menyatakan bahwa motivasi merupakan akumulasi daya dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang, menggerakan, membangkitkan, dan memberi harapan pada perilaku.
Menurut Morgan (Wahjono, 2010, Wahjosumidjo, 1987), motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarika yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu.
Menurut Maslow (Wahjosumidjo, 1987) mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong dari dalam yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu atau berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Sedangkan menurut Callahan dan Clark (Wahjono, 2010, Wahjosumidjo, 1987) bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu (Makmun Khairani, 2017).
Adapun dari sumber lain para ahli juga berpendapat tentang pengertian motivasi yaitu sebagi berikut:
Menurut Robert Heller (1998:6) yang menyatakan bahwa motivasi adalah keinginan untuk bertindak.
Menurut Robert Kritner dan Angelo Kinicki, 2001: 205) bahwa motivasi merupakan proses psikologiyang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-directed behavior.
Menurut Stephen P. Robbins (2003:156) menyatakan motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (internsity), arah (direction), dan usaha terus-menerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan.
Menurut Jerald Greenberg dan Robert A. Baron (2003:190) berpendapat bahwa motivasi merupakan serangkaian proses yang membangkitkan (arouse), mengarahkan (direct), dan menjaga (maintain) perilaku manusia menuju pada pencapaian tujuan.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan terhadap serangkaian proses perilaku manusia pada pencapian tujuan. Elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukan intensitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan (Wibowo, 2010).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kaum stoic adalah sebuah kaum yang mempunyai pemikiran tentang filsafat, dalam pembahasanya mengarah pada kemanusiaan atau humanisme yang artinya suatu pandangan pola hidup yang menepatkan manusia atau individu sebagai titik dari fokus utamanya. Kaum stoic mempercayai bahwa pada dasarnya hakikat setiap manusia adalah suatu bagian dari satu akal atau logos yang sama. Serta kaum stoic ini memiliki pendapat lain bahwa manusia bersifat kooperatif, etis, alturis (suka menolong), dan penuh cinta serta kasih sayang.
Menurut Kaum Epicurean suatu pandangan bahwa manusia pada dasarnya itu adalah hidonistik, yaitu tertarik dengan apa yang ingin dia lakukan sendiri atau seenaknya sendiri. Terbentuknya suatu masyarakat bukanlah suatu hal yang alami, akan tetapi terbentuk oleh ketertarikan antara individu untuk bergabung demi keamanan dalam dirinya sendiri dan demi mencukupi kebutuhan ekonomiyang lebih baik. Manusia menurut kaum Epicurean, manusia di pandang sebagai makhluk yang kompetitif, hedonistik, dan pencari dari sebuah kesenangan.
Hakikat manusia dibagi menjadi lima, yaitu:
Manusia makhluk individuil
Manusia makluk sosial
Manusia makhluk berketuhanan
Manusia sebagai makhluk berkembang
Manusia sebagai makhluk individual dan sosial
Motivasi adalah proses kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi untuk mencapai sasaran organisasi, yang di kondisikan oleh kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu

Saran
Saya menghimbau kepada para pembaca agar dapat mengerti dan memahami akan penjelasan dasar-dasar prilaku manusia yang ada di dalam makalah ini, sehingga teori-teori tentang dasar-dasar perilaku manusia ini dapat berguna untuk memahami pola-pola dan aktivitas yang ada di dalam  kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Gerungan. 1978. Psyychologi-Sosial Suatu Ringkasan. Jakarta. PT Ereco.
Khairani, Makmun. 2017. Psikologi Belajar. Yogyakarta. Aswaja Pressindo
Nanon Hanriana dkk. 2001. Dasar-dasar Perilaku Sosial. www.slideshare.net/mobile/andigombal/pandangan-kaum-stoic-dan-epicurean.com. Di unduh pada tanggal 29 Sepetember 2018 pukul 15:06.
Santoso, Heri dan Listiyono Santoso. 2003. Filsafat Ilmu Sosial. Yogyakarta. Gama Media.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta. CV Andi Offset.
Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada.

Komentar