Resume jurnal tentang komunikasi politik kiai pada kampanye


Nama : Novi Niawati
Mata Kuliah : Komunikasi politik

RESUME JURNAL “KOMUNIKASI POLITIK KIAI PADA KAMPANYE PEMILU”
Keterlibatan Kiai/Ustaz/Ulama di dunia politik di Kota Bengkulu sangat jelas, terbukti dengan kegigihan mereka dalam memperjuangan kebijakan berkaitan dengan kepentingan agama di sidang Dewan Perwakilan Rakyat.
Di dalam era reformasi, Islam mengambil peran dalam dunia politik. Politik Islam memasuki fase baru yang di tandai dengan tampilnya para intelektual Islam ke panggung politik praktis sebagai pemimpin partai politik (Thohari). Para Ulama merupakan sosok panutan, figur moral, dan orang yang memiliki wawasan keagamaan yang luas. Dengan hadirnya sosok Kiai atau Ulama dalam panggung politik, diharapkan dunia politik menjadi lebih bermoral, mementingkan kepentingan rakyat serta menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan.
Memang tidak ada alasan yang kuat agar para Kiai atau Ulama meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian dari ajaran agama, oleh karenanya hampir setiap pelaksanaan pemilu, baik pemilu untuk memilih anggota legislatif (Dewan Perwakilan Rakyat) maupun dengan pemilihan kepala daerah (Gubernur, Walikota, atau Bupati), sebagian besar Kiai atau Ulama terlibat aktif dalam kegiatan kampanye dan pencitraan posistif calon yang didukunya dengan dalih demi kemaslahatan.
Menurut Suparyogo sebutan Kiai merupakan istilah yang di pakai oleh kalangan masyarakat Jawa untuk menyebut elit agama Islam. Sedangkan sebutan elit agama untuk masyarakat di Kota Bengkulu lebih populer dengan istilah Ustaz, yakni mereka yang aktif menyampaikan dakwah, memberikan ceramah, khutbah dan mengisi pengajian. Menurut Abdillah, Ulama memiliki kedudukan yang tinggi dan peran yang penting karena mereka merupakan pewaris Nabi yang mempunyai tugas untuk:
Mendidik umat di bidang agama dan lainnya;
Melakukan kontrol terhadap masyarakat;
Memecahkan problem yang terjadi terhadap masyarakat; dan
Menjadi agen perubahan sosial.
Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar  konflik itu tidak melebar menjadi anarkisme dan kekerasan.
Islam agama yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, santun, menghormati orang lain, tanggung jawab, istiqamah, terbuka, dan lain sebaginya. Nilai-nilai tersebut harus dijunjung tinggi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan beragama.
Tipe Kiai yang berbeda tentu akan memiliki orientasi kegiatan dan bentuk keterlibatan yang tidak sama. Dengan demikian Kiai yang berpendidikan ganda-lulusan pondok pesantren sekaligus sekolah umum dan dapat melanjutkan kuliah, akan memiliki pandangan yang berbeda dengan Kiai yang halnya berpendidikan pondok pesantren saja.
Zarkasi, mengatakan visi politik yang disampaikan pada saat kampanye adalah dengan cara memberikan pemahaman kepada masyarakat. Sedangkan Djali Affandi, dalam berkampanye lebih menyuarakan dan mengedepankan konsep “pembangunan yang berkesinambungan”, jika pembangunan fisik material tidak diimbangi dengan pembangunan material spiritual, maka negara akan hancur. Ada tiga perbedaan isu dari para Kiai/Ustaz/Ulama saat kampanye politik, yaitu:
Yang pertama, isu “kejujuran” dan “tidak mengobral janji” ;
Yang ke dua, isu perlunya “pembangunan berkesimbangan” antara fisik material dengan mental sepiritual;
Yang ke tiga, perlunya “melibatkan peran serta masyarakat” dalam politik.
Ada beberapa kesamaan antara Ustaz satu dengan yang lainnya, misalnya pada komitmen untuk memperjuangkan kepentingan agama. Ada tiga tipologi Kiai/Ustaz/Ulama yaitu:
Ustaz Politisi Religius
Dalam hal ini berpolitik nilai-nilai keagamaan lebih di kedepankan  dalam orientasi memperjuangkan kepentingan agama.
Ustaz Politisi Nasionalis
Dalam hal ini lebih mengedepankan nilai-nilai nasionalisme, untuk menyuarakan kepentingan agama saat mnetukan kebijakan di lembaga legislatif.
Ustaz Politisi Dakwah
Politik dilakukan senantiasa berorientasi kepada misi dakwah, dakwah tidak hanya dilakukan di masyarakat, akan tetapi juga harus di sampaikan di parlemen.

Komentar